Friday, April 07, 2006 | 5:39 PM

Buka "waroeng"



Berhubung ijazahku dokter, maka buka warungnya ya buka praktek pribadi di rumah.

Nggak langsung praktek sih, sekitar seminggu setelah resmi ngantor baru aku berani buka praktek, banyak alasan, diantaranya kurang pede, baik dari segi ketrampilan maupun fasilitas yg aku punya.

Selama hampir 2 th lulus, aku cuma magang di klinik sekolah, pasiennya cuma murid, guru, pegawai,...nggak banyak kasus, nggak pernah nyuntik. Sementara praktek di desa, konon kalau nggak nyuntik nggak bakalan laku.Menurut info dari "sesepuh" Puskesmas, dokter sebelum aku nggak laku karena nggak mau nyuntik.

Kalaupun aku memutuskan untuk mau nyuntik, bukannya karena nggak ingin praktekku nggak laku,...ya liat sikon lah, mana yg perlu disuntik mana yg nggak perlu.

Selain itu, yg aku bilang fasilitas tadi , masalah tempat periksa, korden penyekat ruangan, obat-obatan yg masih minim, maklum uang habis buat macam-macam keperluan, apalagi dgn 2 dapur (untuk suami di Bogor dan aku di Cibalong).Bismillah, aku niati untuk ibadah, menolong orang, dan memanfaatka ilmu yg aku peroleh selama kuliah, akhirnya aku resmi buka praktek.

Tentu saja hari-hari pertama belum ada yg datang, mungkin pengaruh dokter lama yg jarang praktek dan statusku sbg dokter baru yg mungkin banyak org yg belum tahu.Saat-saat spt benar-benar ujian bagiku,...sementara aku ketemu dgn teman di Pkm lain yg katanya mulai banyak pasien,....tapi aku gunakan kesempatan itu untuk silaturahmi ke tetangga, mendatangi pengajian di malam hari, sekalian memperkenalkan diri.

Alhamdulillah, seorang demi seorang pasien mulai berkunjung ke tempat praktekku. Saat itulah aku baru merasakan, oh jadi dokter aku rupanya.


Image hosted by Photobucket.com

0 comments